Dasar Perhitungan RAB Proyek


Istilah RAB (Rencana Anggaran Biaya) umum digunakan untuk merujuk pada metode perincian enstimasi biaya proyek dalam perhitungan perkiraan kasar maupun akurat.

RAB berfungsi untuk mengetahui besar anggaran yang diperlukan suatu kegiatan konstruksi dalam bentuk faedah serta kegunaannya dibidang administrasi proyek.

RAB adalah perhitungan volume dan harga satuan dari berbagai macam bahan, peralatan, upah tenaga kerja maupun progress waktu yang diperlukan untuk melaksanakan suatu proyek konstruksi maupun perkiraan progress yang akan dicapai dalam bentuk akurat.


Sebelum dilkukan perhitungan akurat terhadap harga satuan yang sebenarnya, diperlukan estimasi biaya sebagai perkiraan kasar suatu kegiatan yang akan dilakukan untuk proses lelang suatu proyek.

Dikarenakan taksiran harga satuan dilakukan sebelum perhitungan akurat, maka dilakukan ‘taksiran biaya’ atau bukan biaya sebenarnya (actual cost).

Taksiran biaya merupakan dasar perhitungan Rencana Anggaran Biaya Proyek (RAB), sebatas memperkirakan kebutuhan anggaran suatu proyek, sedangkan perhitungan biaya yang sebenarnya adalah peyempurnaan dari taksiran biaya berdasarkan pada koreksi aritmatik.

Ada beberapa macam metode yang digunakan untuk menfsirkan biaya kebutuhan suatu konstruksi sebagai Dasar Perhitungan RAB Proyek.

Penafsiran Terperinci


Sebelumnya, mengenai tepat tidaknya suatu tafsiran biaya, tergantung pada ketelitian, pengalaman dan keterampilan setiap engineer dalam menganalisa suatu kebutuhan konstruksi, serta ketepatan mengambil suatu keputusan.

Pengalaman engineer juga dapat menjadi faktor penyebab perhitungan tafsiran biaya ini dapat dilakukan seakurat mungkin.

Cara ini bisa dikatakan sederhana namun berbobot. Dimana semua harga dihitung berdasarkan tiap-tiap unit satuannya.

Misal : 1 m3 (kubik) beton mutu sedang untuk pekerjaan kolom (tiang bangunan), hargannya Rp. 1.750.000,-. Jumlah kolom terdiri dari 32 tiang dengan ukuran tiang 20 cm x 20 cm.

Tinggi tiang = 3.5 m. Setelah dihitung berdasarkan ukuranya, volume beton untuk pekerjaan kolom beton = 32 x (0.2x0.2) x 3.5 = 4.48 m3.

Ukuran tiang diubah kedalam satuan yang sama dengan m3 atau dari cm ke m atau 20 cm menjadi 0.2 m.

Jadi biaya seluruhnya adalah, 4.48 m3 x Rp. 1.750.000,- = Rp. 5.264.000,-. Semua jenis dari tiap-tiap bagian struktur bangunan dihitung dengan cara yang sama.

Tapi perhitungan volumenya, tentunya dihitung sesuai bentuk dan dimensi ruang dari tiap-tiap bagian struktur itu sendiri.

Diperlukan pengetahuan matematika analisa dasar. Setelah itu, volume tiap bagian dari struktur bangunan tersebut dikalikan dengan harga satuan biaya masing-masing, dan hasil dari harganya, dijumlahkan seluruhnya.

Penafsiran Kasar


Pekerjaan perhitungan cara kasar ini dihitung dengan estimasi satuan m2 atau luas bangunan.

Misalnya , berdasarkan standart harga, bangunan per m2 berharga = Rp. 1.500.000,-.

Setelah diukur, luas bangunan seluruhnya adalah 100 m2 (1 are =10 m x 10 m). jadi harga total bangunan tersebut adalah 100 m2 x Rp. 1.500.000,- = Rp. 150.000.000,-.

Perhitungan ini, hanyalah perhitungan kasar, sedang jika dihitung dengan perhitungan yang lengkap, dapat termasuk, harga tanah, biaya notaris, biaya perencanaan, biaya kontraktor atau pelaksana, biaya sub kontraktor atau pemborong, macam-macam biaya extra, bunga uang, asuransi, pajak-pajak dan lain sebagainya.

Sedangkan penafsiran untuk bahan-bahan ialah menghitung banyaknya bahan-bahan seluruhnya.

Jika dibuat kontraktor biasanya dipakai untuk penawaran harga. Sedangkan jika konsultan (arsitek atau insinyur) biasana dipakai untuk mengecek perhitungan yang dibuat kontraktor saat penawaran harga.

Jika pada kondisi proyek saaat sementara berjalan, tafsiran harga kemajuan pekerjaan dibuat untuk penarikan biaya yang telah selesai dikerjakan kontraktor tergantung berapa persen syarat penarikannya sebagai jaminan bahwa progress terlaksana sudah diterima konsultan.

Dan taksiran harga yang terakhir dibuat konsultan untuk mengetahui sisa uang yang harus dibayarkan kepada kontraktor dan juga untuk mengetahui berapa nilai basaran biaya proyek yang sesungguhnya.

Kwalifikasi Engineer


Sebagai seorang engineer dalam mengestimasi suatu anggaran proyek, dibutuhkan keahlian dan keterampilan dalam mengolah data agar seakurat mungkin.

1. Memiliki pengalaman yang cukup dalam memahami skema kerja penyusunan rencana anggaran biaya suatu proyek.

2. Mengetahui standarisasi umum proses pelaksanaan perhitungan rencana anggaran biaya.

3. Memiliki panduan dan sumber-sumber terkait harga bahan yang efisien diperoleh, jam kerja buruh yang diperlukan, peralatan, ongkos-ongkos, overhead dan segala jenis biaya tambahan.

4. Pengambilan kesimpulan yang tepat mengenai harga untuk berbagai daerah yang berlainan, jenis pekerjaan dan sumber buruh kerja.

5. Intelektual yang mumpuni dalam penentuan metode perhitungan yang digunakan.

6. Teliti dan berhati-hati dalam penafsiran biaya agar dapat dihitung mendekati biaya yang sebenarnya.

7. Mampu menghimpun data yang berhubungan sehingga dapat membayangkan setiap langkah yang dapat dilakukan untuk setiap pekerjaan.

Seorang estimator harus mempunyai pedoman metode dan analisa yang terbaik dan petunjuk bagaimana cara perhitungan yang diperlukan.

Namun itu semua tergantung pengalaman pribadi seorang engineer dalam mengambil setiap keputusan terbaik. Karena kemampuan setiap engineer berbeda-beda bisa berdasarkan pengalaman-pengalaman orang lain maupun pengalaman pribadinya sendiri.

Survey Pengambilan Data


Sebelum dimulainya perhitungan anggaran biaya, seorang engineer harus melakukan survey lengkap terhadap setiap aspek yang ada dan diperlukan dilokasi proyek sekaligus mempelajari keadaan setempat.

Luas bangunan, keadaan tanah, kemungkinan masalah yang akan timbul, munculnya gangguan, peraturan setempat, akses angkutan, sumber material, ketersediaan buruh yang diperlukan,  dan segala jenis aspek yang berhubungan.

Setelah proses tersebut, engineer sebagai estimator mulai merangkum data kemudian mengolahnya.

Semua data-data tersimpan dalam suatu arsip kerja yang rapi teratur, sehingga mudah ditemukan bilamana dicari untuk digunakan.

Semua data-data tersebut menyangkut, segala jenis biaya pokok dan ekstra, upah-upah, keadaan setempat seperti cuaca, dan semua sumber bahan yang efektif digunakan.

Syarat Hitung RAB

Perhitungan RAB terdiri dari 5 jenis perhitungan pokok yaitu :

1. Perhitungan bahan, mulai dari volume sampai dengan harga total kebutuhan anggaran untuk pelaksanaan pekerjaan.

2. Perhitungan upah, dilakukan sesuai koefisiensi harga satuan masing-masing, baik pekerja, tukang maupun mandor,pada tiap-tiap jenis pekerjaan.

3. Perhitungan peralatan, dilakukan sesuai dengan macam dan banyaknya peralatan yang akan digunakan serta besaran biayanya termasuk ongkos angkutan.

4. Overhead cost, adalah perhitungan biaya tak terduga baik langsung maupun tidak langsung.

5. Perhitungan profit, dihitung berdasarkan rencana kemajuan pekerjaan dari waktu kewaktu, serta keuntungan dari setiap pelaksanaan pekerjaan seefektif dan seefisien mungkin.

Kelima dasar diatas merupakan dasar perhitungan pokok sebuah rencana anggaran biaya suatu pekerjaan pembangunan. Namun kadangkala, dalam pelaksanaan perhitungannya, dalam situasi tertentu, beberapa hal detail dari perhitungannya diabaikan.

Misalnya pada penimbunan tanah, dimana tanah tidak dibeli tetapi ongkos angkut dan proses pemadatannya yang mahal. Itu sebabnya, dalam setiap proses perhitungan estimasi biaya dan harga ini, membutuhkan keahlian dan pengalaman yang cukup, agar dalam penyusunannya, dapat dilakukan sebaik mungkin.

1. Harga Bahan
 

Dibuat daftar harga bahan mengenai banyaknya, ukuran, berat dan ukuran lain yang diperlukan.

Seorang penafsir bahan atau disebut quantity surveyor biasanya memiliki data hasil survey, yang diberikan kepada kontraktor untuk pembuatan penawaran harga dalam lelang proyek.

Harga bahan yang dipakai untuk penawaran berdasarkan harga bahan dilokasi proyek termasuk ongkos angkutan, penyimpanan digudang maupun asuransi bahan. 

Karena dalam setiap volume struktur tersebut ditentukan sesuai dengan unit satuannya, maka perlu diketahui jenis-jenis unit yang berbeda dalam perhitungan rencana anggaran biaya.

1. Satuan m3 (Isi) seperti kolom, balok, sloof, dinding dan lain-lain. Merupakan satuan unit 3 dimensi sesuai dengan tiga ukuran yaitu panjang x lebar x tinggi = isi.

2. Satuan m2 (luas) seperti plesteran, lantai, plafond, atap dan lain-lain. Adalah satuan 2 dimensi dengan 2 ukuran yaitu hanya panjang x lebar = luas.

3. Satuan m1 (Panjang) seperti untuk menghitung pipa kran air, list lantai dan plafond dan lain-lain. Satuan ini hanya merupakan satuan panjang yang tergantung jenis dari material itu sendiri.

Ada yang sudah diproduksi, artinya tinggal dibeli yang harganya sesuai standart harga nasional, seperti pipa untuk instalasi air dan listrik. Namun ada juga yang bisa dibuat sendiri seperti list plafond dan lantai.

4. Satuan  buah (jumlah) seperti, closet, wastafel, mata kran air dan lain-lain. Ini adalah perhitungan unit yang ditentukan sesuai dengan jumlah kebutuhan suatu bangunan.

5. Satuan Ls (Lump Sump) atau harga perkiraan. Adalah satuan harta perkiraan seperti mobilisasi, biaya angkutan, ektra biaya dan lain-lain. Satuan ini tidak tetap atau berubah-ubah sesuai dengan jenis bangunan dan perkiraan kebutuhan segala jenis aspek yang akan dilakukan dilokasi proyek.

2. Biaya Buruh


Biaya buruh sangat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti, panjangnya jam kerja, keadaan tempat kerja, keterampilan dan keahlian buruh yang bersangkutan.

Dalam perhitungan biaya buruh digunakan satuan jam karena dalam pekerjaan dilokasi proyek biasanya berlainan.

Sedangkan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan setiap pekerjaan sesuai dengan sikap dan mental buruh pekerja, sehingga dihitung berdasarkan perkiraan rata-rata kemampuan setiap elemen buruh yang ada untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Jika dalam kondisi sulit mencari tenaga buruh dimana pekerjaan banyak, maka kemungkinan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut akan lebih lama. Sehingga perhitungan jam kerjapun akan semakin banyak.

Pemborong yang sudah berpengalaman, biasanya memiliki buruh tetap sehingga sudah mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Cara yang efisiean dalam menafsir jumlah jam kerja adalah dengan memperkirakan jumlah jam kerja tiap jenis pekerjaan yang dipisahkan dengan upah buruh.

Hasilnya kemudian dikalikan dengan upah perjam atau perhari. Satuan unit perhitungan yaitu orang per jam (org/jam) dan orang per hari (org/hari).

Upah tenaga kerja yang dibayarkan disesuaikan dengan standart upah daerah dimana proyek itu dilakukan, jika bersifat langsung dari kontraktor, sedangkan jika ditangani pemborong maka upah tenaga kerjanya sesuai dengan kesepakatan buruh dan pemborong yang bersangkutan.

3. Biaya Peralatan


Dalam menafsirkan biaya peralatan tidak dapat ditentukan karena tidak ada standar perhitungannya.

Untuk itu, biasanya dilakukan oleh engineer berpengalaman dan paham dengan situasi, kondisi dan segala jenis kegiatan yang akan dikerjakan.

Sehingga dalam penentuan biaya peralatannya dapat ditentukan secara efektif dna selengkap-lengkapnya.

Estimasi perhitungan ini didasarkan pada efisiensi yang dikaitkan dengan waktu kerja dan prisip dasar pekerjaan proyek seperti K3.

Diperhitungkan bangunan sementara, mesin-mesin, alat-alat tangan atau tools maupun alat pelindung diri (APD).

Peralatan-peralatan tersebut disediakan tergantung apakah pekerjaan tersebut diborongkan atau tidak.

Dalam perhitungan pemborongan, pihak kontraktor sudah tidak bertanggungjawab lagi mengenai peralatan-peralatan ringan seperti skop, cangkul dan peralatan tangan yang lain.

Hal itu dikarenakan biaya yang disepakati untuk kegiatan pemborongan tersebut sudah dibayarkan kontraktor kepada pemborong termasuk didalamnya peralatan.

Tetapi jika pekerjaan tersebut adalah suatu pekerjaan besar, seperti pengecoran, maka kontraktor menyediakan peralatan yang sesuai dengan fungsi dan kegunaannya yang tidak dimiliki pemborong seperti mesin pencampur maupun mesin-mesin yang diperlukan sebagai pendukung proses pelaksanaan pekerjaan.

Begitu juga dengan alat pelindung diri atau APD, dikarenakan biaya terhadap penyediaan perlengkapan APD dibuat dan ditafsir dalam kontrak berbeda, maka mutlak disediakan kontraktor sesuai dengan buruh yang ada.

Unit satuan yang digunakan untuk menafsirkan biaya peralatan yaitu buah (jumlah). Bisa juga dengan perhitungan paket atau per unit maupun dengan biaya sewa yang biayanya dihitung berdasarkan jam maupun harian.

4. Biaya Overhead


Biaya tak terduga biasanya terbagi dua yaitu biaya tak terduga umum dan biaya tak terduga tetap berdasarkan anggaran proyek.

Biaya tak terduga umum berasal dari saat proses pelaksanan pekerjaan berjalan. Seperti sewa kantor tambahan, perlengkapan alat tulis kantor (ATK), air, listrik, telephon, asuransi, pajak, bunga uang, biaya-biaya notaris, biaya perjalanan termasuk makanan, dan pembelian bahan-bahan kecil lainnya yang tidak dimasukan dalam biaya tak terduga tetap.

Biaya tersebut dijadikan laporan dalam bukti resi sebagai acuan pengeluaran biaya pada proses pelaksanaan kedepan dan dianggap sebagai biaya non langsung kontraktor.

Sedangkan biaya tak terduga tetap adalah biaya tidak langsung yang dapat dibebankan kepada proyek tetapi tidak dibebankan kepada biaya bahan-bahan, upah buruh atau peralatan. 

Biaya tak terduga tetap seperti asuransi umum, telphon yang dipasang dilokasi proyek, pembelian tambahan dokumen kontrak pekerjaan, pengukuran (survey), surat-surat izin, honorarium, arsitek dan insinyur, gaji pengawas proyek dan lainnya.

Ada juga yang mamasukan pajak upah dan asuransi buruh kedalam biaya tak terduga, namun ada juga yang memasukannya inklud kedalam upah buruh.

Misalnya asuransi jiwa, tunjangan kesehatan dan tunjangan lain. Biaya tersebut dapat berkisar 8-25% dari upah buruh tergantung tingkat kesulitan pekerjaan tersebut.

Total jumlah biaya tak terduga dapat berkisar antara 12% hingga 30% dari jumlah harga bahan, upah buruh dan ingkos alat-alat atau, atara 12% sampai 50% dari upah buruh tergantung jenis pekerjaan dan keadaan setempat.

5. Profit


Biasanya keuntungan dinyatakan dengan persentase sekitar 8%-15%, tergantung dari keinginan kontraktor untuk mendapatkan proyek tersebut.

Untuk proyek-proyek kecil biasanya diambil 15%, sedangkan untuk proyek sedang sekitar 12.5% dan untuk proyek raksasa diambil sekitar 8%.

Persentase ini juga tergantung besarnya resiko pekerjaan, kesulitan yang diperkirakan akan timbul dan dari system pembayaran dari pemberi kerja.

Kekeliruan saat perhitungan penafsiran biaya biasanya terjadi saat perhitungan koreksi aritmatik, yaitu penjumlahan , perkalian, pengurangan, pembagian dan kesalahan tidak sesuainya angka dibelakang koma, jenis bahan yang lupa dimasukan atau upah dan peralatan, juga biaya takterduga.

Untuk itu setiap tahap proses perhitungan dilakukan dengan membuat daftar kontorl (remainder list).

Semua perincian harga sebaiknya diperiksa kembali oleh estimator atau di verifikasi sesuai spesifikasinya sebelum diajukan.
Dasar Perhitungan RAB Proyek Dasar Perhitungan RAB Proyek Reviewed by Frets Wilson on April 25, 2019 Rating: 5

2 comments:

Powered by Blogger.